Amenorea
Definisi
Amenorea adalah keadaaan tidak terjadinya menstruasi pada seorang
wanita. Hal tersebut normal terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan dan
menyusui, dan setelah menopause. Siklus menstruasi normal meliputi interaksi
antara komplek hipotalamus-hipofisi-aksis indung telur serta organ reproduksi
yang sehat (lihat artikel menstruasi). Amenorea
sendiri terbagi dua, yaitu:
- Amenorea primer
Amenorea primer adalah keadaan tidak terjadinya menstruasi pada wanita
usia 16 tahun. Amenorea primer terjadi pada 0.1 – 2.5% wanita usia
reproduksi
- Amenorea sekunder
Amenorea sekunder adalah tidak terjadinya menstruasi selama 3 siklus
(pada kasus oligomenorea <jumlah darah menstruasi sedikit>), atau 6 siklus
setelah sebelumnya mendapatkan siklus menstruasi biasa. Angka kejadian berkisar
antara 1 – 5%
Penyebab
Penyebab tersering dari amenorea primer adalah:
- Pubertas terlambat
- Kegagalan dari fungsi indung telur
- Agenesis uterovaginal (tidak tumbuhnya organ rahim dan vagina)
- Gangguan pada susunan saraf pusat
- Himen imperforata yang menyebabkan sumbatan keluarnya darah menstruasi
dapat dipikirkan apabila wanita memiliki rahim dan vagina normal
Gambar 1. Himen Imperforata
Penyebab terbanyak dari amenorea sekunder adalah kehamilan, setelah
kehamilan, menyusui, dan penggunaan metode kontrasepsi disingkirkan, maka
penyebab lainnya adalah:
- Stress dan depresi
- Nutrisi yang kurang, penurunan berat badan berlebihan, olahraga
berlebihan, obesitas
- Gangguan hipotalamus dan hipofisis
- Gangguan indung telur
- Obat-obatan
- Penyakit kronik dan Sindrom Asherman
Gambar 2. Komplek hipotalamus-hipofisi-aksis indung telur
Tanda dan gejala
Tanda amenorea adalah tidak didapatkannya menstruasi pada usia 16 tahun,
dengan atau tanpa perkembangan seksual sekunder (perkembangan payudara,
perkembangan rambut pubis), atau kondisi dimana wanita tersebut tidak
mendapatkan menstruasi padahal sebelumnya sudah pernah mendapatkan menstruasi.
Gejala lainnya tergantung dari apa yang menyebabkan terjadinya amenorea.
Perkembangan pubertas pada wanita normal digambarkan melalui Stadium Tanner
yaitu :
Usia
|
Perkembangan Payudara
|
Perkembangan Rambut Pubis
|
Stadium Tanner (Perkembangan Payudara)
|
Stadium Tanner (perkembangan rambut Pubis)
|
Pertumbuhan Awal (8-10 tahun)
|
Papila payudara mulai menggunung,
|
Belum ada rambut pubis
|
1
|
1
|
Thelarche
(9-11)
|
Seperti Adrenarche untuk Stadium 2
|
Seperti Adrenarche untuk Stadium 2
|
2
|
1
|
Adrenarche
(9-11)
|
2
|
2
| ||
Puncak Pertumbuhan (11-13)
|
3
|
3
| ||
Menarche (12-14)
|
4
|
4
| ||
Dewasa (13-16)
|
5
|
6
|
Pemeriksaan Penunjang
Pada amenorea primer, apabila didapatkan adanya perkembangan seksual
sekunder maka diperlukan pemeriksaan organ dalam reproduksi (indung telur,
rahim, perlekatan dalam rahim) melalui pemeriksaan USG, histerosalpingografi,
histeroskopi, dan Magnetic Resonance Imaging (MRI). Apabila tidak
didapatkan tanda-tanda perkembangan seksualitas sekunder maka diperlukan
pemeriksaan kadar hormon FSH dan LH.
Setelah kemungkinan kehamilan disingkirkan pada amenorea sekunder, maka
dapat dilakukan pemeriksaan Thyroid Stimulating Hormone (TSH) karena
kadar hormon tiroid dapat mempengaruhi kadar hormon prolaktin dalam tubuh.
Selain itu kadar hormon prolaktin dalam tubuh juga perlu diperiksa. Apabila
kadar hormon TSH dan prolaktin normal, maka Estrogen / Progestogen Challenge
Test adalah pilihan untuk melihat kerja hormon estrogen terhadap lapisan
endometrium dalam rahim. Selanjutnya dapat dievaluasi dengan
MRI.
Terapi
Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari amenorea yang
dialami, apabila penyebabnya adalah obesitas, maka diet dan olahraga adalah
terapinya. Belajar untuk mengatasi stress dan menurunkan aktivitas fisik yang
berlebih juga dapat membantu. Terapi amenorea diklasifikasikan berdasarkan
penyebab saluran reproduksi atas dan bawah, penyebab indung telur, dan penyebab
susunan saraf pusat.
A. Saluran reproduksi
- Aglutinasi labia (penggumpalan bibir labia) yang dapat diterapi dengan
krim estrogen
- Kelainan bawaan dari vagina, hymen imperforata (selaput dara
tidak memiliki lubang), septa vagina (vagina memiliki pembatas diantaranya).
Diterapi dengan insisi atau eksisi (operasi kecil)
- Sindrom Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser. Sindrom ini terjadi pada wanita
yang memiliki indung telur normal namun tidak memiliki rahim dan vagina atau
memiliki keduanya namun kecil atau mengerut. Pemeriksaan dengan MRI atau
ultrasonografi (USG) dapat membantu melihat kelainan ini. Terapi yang dilakukan
berupa terapi non-bedah berupa dilatasi (pelebaran) dari tonjolan di tempat
seharusnya vagina berada atau terapi bedah dengan membuat vagina baru
menggunakan skin graft
- Sindrom feminisasi testis. Terjadi pada pasien dengan kromosom 46, XY
kariotipe, dan memiliki dominan X-linked sehingga menyebabkan gangguan
dari hormon testosteron. Pasien ini memiliki testis dengan fungsi normal tanpa
organ dalam reproduksi wanita (indung telur, rahim). Secara fisik bervariasi
dari wanita tanpa pertumbuhan rambut ketiak dan pubis sampai penampakan seperti
layaknya pria namun infertil (tidak dapat memiliki anak)
- Parut pada rahim. Parut pada endometrium (lapisan rahim) atau perlekatan
intrauterine (dalam rahim) yang disebut sebagai sindrom Asherman dapat terjadi
karena tindakan kuret, operasi sesar, miomektomi (operasi pengambilan mioma
rahim), atau tuberkulosis. Kelainan ini dapat dilihat dengan
histerosalpingografi (melihat rahim dengan menggunakan foto roentgen
dengan kontras). Terapi yang dilakukan mencakup operasi pengambilan jaringan
parut. Pemberian dosis estrogen setelah operasi terkadang diberikan untuk
optimalisasi penyembuhan lapisan dalam rahim
- Gangguan Indung Telur
- Disgenesis gonadal. Disgenesis gonadal adalah tidak terdapatnya sel
telur dengan indung telur yang digantikan oleh jaringan parut. Terapi yang
dilakukan dengan terapi penggantian hormon pertumbuhan dan hormon
seksual
- Kegagalan Ovari Prematur. Kelaianan ini merupakan kegagalan dari fungsi
indung telur sebelum usia 40 tahun. Penyebabnya diperkirakan kerusakan sel telur
akibat infeksi atau proses autoimun
- Tumor ovarium. Tumor indung telur dapat mengganggu fungsi sel telur
normal
- Gangguan Susunan Saraf Pusat
- Gangguan hipofisis. Tumor atau peradangan pada hipofisis dapat
mengakibatkan amenorea. Hiperprolaktinemia (hormone prolaktin berlebih) akibat
tumor, obat, atau kelainan lain dapat mengakibatkan gangguan pengeluaran hormon
gonadotropin. Terapi dengan menggunakan agonis dopamin dapat menormalkan kadar
prolaktin dalam tubuh. Sindrom Sheehan adalan tidak efisiennya fungsi hipofisis.
Pengobatan berupa penggantian hormon agonis dopamin atau terapi bedah berupa
pengangkatan tumor
- Gangguan hipotalamus. Sindrom polikistik ovari, gangguan fungsi tiroid,
dan Sindrom Cushing merupakan kelainan yang menyebabkan gangguan hipotalamus.
Pengobatan sesuai dengan penyebabnya
- Hipogonadotropik, hipogonadism. Penyebabnya adalah kelainan organik dan kelainan fungsional (anoreksia nervosa atau bulimia). Pengobatan untuk kelainan fungsional membutuhkan bantuan psikiater