Thursday, December 6, 2012

Katarak


Katarak

Definisi
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat penambahan cairan di lensa, pemecahan protein lensa, atau kedua-duanya.
Katarak merupakan penyebab kebutaan utama yang dapat diobati di dunia pada saat ini. Sebagian besar katarak timbul pada usia tua sebagai akibat pajanan terus menerus terhadap pengaruh lingkungan dan pengaruh lainnya seperti merokok, radiasi ultraviolet, dan peningkatan kadar gula darah. Katarak ini disebut sebagai katarak senilis (katarak terkait usia). Sejumlah kecil berhubungan dengan penyakit mata (glaukoma, ablasi, retinitis pigmentosa, trauma, uveitis, miopia tinggi, pengobatan tetes mata steroid, tumor intraokular) atau penyakit sistemik spesifik (diabetes, galaktosemia, hipokalsemia, steroid atau klorpromazin sistemik, rubela kongenital, distrofi miotonik, dermatitis atopik, sindrom Down, katarak turunan, radiasi sinar X).
Pasien dengan katarak mengeluh penglihatan seperti berasap dan tajam penglihatan menurun. Secara umum, penurunan tajam penglihatan berhubungan langsung dengan kepadatan katarak.

Epidemiologi
Penelitian-penelitian di Amerika Serikat mengidentifikasi adanya katarak pada sekitar 10% orang, dan angka kejadian ini meningkat hingga sekitar 50% untuk mereka yang berusia antara 65 sampai 74 tahun, dan hingga sekitar 70% untuk mereka yang berusia lebih dari 75 tahun.
Sperduto dan Hiller menyatakan bahwa katarak ditemukan lebih sering pada wanita dibanding pria. Pada penelitian lain oleh Nishikori dan Yamomoto, rasio pria dan wanita adalah 1:8 dengan dominasi pasien wanita yang berusia lebih dari 65 tahun dan menjalani operasi katarak.

Gejala dan Tanda
Gejala utama yang dijumpai adalah penglihatan berkabut dan penglihatan yang semakin kabur. Pada gejala awal dapat terjadi penglihatan jauh kabur sedangkan penglihatan dekat sedikit membaik dibandingkan sebelumnya (second sight). Bila kualitas lensa memburuk atau terjadi kelelahan maka second sight ini akan menghilang. Gejala lain yang dijumpai pada katarak senilis adalah penigkatan rasa silau (glare). Pada lensa mata penderita katarak akan tampak bayangan putih. Selain itu dapat pula terjadi pandangan ganda, rabun senja dan terkadang membutuhkan cahaya yang lebih terang untuk membaca.

Pemeriksaan
Pada pasien katarak, dapat dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan. Tajam penglihatan biasanya akan sangat berkurang.

Tata laksana
Satu-satunya terapi untuk pasien katarak adalah bedah katarak dimana lensa diangkat dari mata (ekstraksi lensa) dengan prosedur intrakapsular atau ekstrakapsular :
  • Ekstraksi intrakapsular (ICCE). Tehnik ini jarang dilakukan lagi sekarang.
  • Ekstraksi ekstrakapsular (ECCE). Pada tehnik ini, bagian depan kapsul dipotong dan diangkat, lensa dibuang dari mata, sehingga menyisakan kapsul bagian belakang. Lensa intraokuler buatan dapat dimasukkan ke dalam kapsul tersebut.  Kejadian komplikasi setelah operasi lebih kecil kalau kapsul bagian belakang utuh.
  • Fakofragmentasi dan fakoemulsifikasi. Merupakan teknik ekstrakapsular yang menggunakan getaran-getaran ultrasonik untuk mengangkat lensa melalui irisan yang kecil (2-5 mm), sehingga mempermudah penyembuhan luka pasca-operasi. Teknik ini kurang efektif pada katarak yang padat.
Katarak biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun dan pasien mungkin meninggal sebelum diperlukan pembedahan.  Apabila diperlukan pembedahan maka pengangkatan lensa akan memperbaiki ketajaman penglihatan pada >90% kasus. Sisanya mungkin telah mengalami kerusakan retina atau mengalami penyulit pasca bedah serius misalnya glaukoma, ablasio retina, atau infeksi yang mengambat pemulihan daya pandang. Adanya lensa intraokular dan lensa kontak kornea menyebabkan penyesuaian penglihatan setelah operasi katarak menjadi lebih mudah dibandingkan sewaktu hanya tersedia kacamata katarak yang tebal.

Polip Hidung


Polip Hidung

DEFINISI
Polip nasi atau polip hidung adalah kelainan selaput permukaan hidung berupa massa lunak yang bertangkai, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih keabu-abuan dengan permukaan licin dan agak bening karena mengandung banyak cairan.
Kelainan pada hidung biasanya timbul karena manifestasi dari penyakit yang lain dan tidak berdiri sendiri, penyakit ini sering dihubungkan dengan astma, rhinitis alergika, dan sinusitis, di luar negeri sendiri penyakit ini sering dihubungkan dengan seringnya penggunaan aspirin.

ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
Etiologi pasti hingga sekarang belum diketahui, tetapi terdapat 3 faktor penting yang berperan di dalam terjadinya polip, yaitu
  1. Peradangan lama dan berulang pada selaput permukaan hidung dan sinus
  2. Gangguan keseimbangan Vasomotor
  3. Peningkatan tekanan cairan antar ruang sel dan bengkak selaput permukaan hidung
Fenomena bernouli menyatakan bahwa udara yang mengalir melalui celah yang sempit akan mengakibatkan tekanan negatif pada daerah sekitarnya, sehingga jaringan yang lemah akan terhisap oleh tekanan negatif ini sehingga menyebabkan polip, fenomena ini dapat menjelaskan mengapa polip banyak terjadi pada area yang sempit di kompleks osteomatal.
Patogenesis polip pada awalnya ditemukan bengkak selaput permukaan yang kebanyakan terdapat pada meatus medius, kemudian stroma akan terisi oleh cairan interseluler sehingga selaput permukaan yang sembab menjadi berbenjol-benjol. Bila proses terus membesar dan kemudian turun ke dalam rongga hidung sambil membentuk tangkai sehingga terjadi Polip

GEJALA DAN TANDA
Pada anamnesis kasus polip biasanya timbul keluhan utama adalah hidung tersumbat. sumbatan ini menetap dan tidak hilang timbul. Semakin lama keluhan dirasakan semakin berat. Pasien sering mengeluhkan terasa ada massa di dalam hidung dan sukar membuang ingus. Gejala lain adalah hiposmia (gangguan penciuman). Gejala lainnya dapat timbul jika teradapat kelainan di organ sekitarnya seperti post nasal drip (cairan yang mengalir di bagian belakang mulut), suara bindeng, nyeri muka,  telinga terasa penuh, snoring (ngorok), gangguan tidur dan penurunan kualitas hidup.
Secara pemeriksaan mikroskopis tampak epitel pada polip serupa dengan selaput permukaan hidung normal yaitu epitel bertingkat semu bersilia dengan subselaput permukaan yang sembab.
Dengan pemeriksaan rhinoskopi anterior  biasanya polip sudah dapat dilihat, polip yang masif seringkali menciptakan kelainan pada hidung bagian luar. Pemeriksaan Rontgen dan CT scan dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya sinusitis.

PENATALAKSANAAN
Pengobatannya berupa terapi obat-obatan dan operasi. Terapi medikamentosa ditujukan pada polip yang masih kecil yaitu pemberian kortikosteroid sistemik yang diberikan dalam jangka waktu singkat, dapat juga diberiksan kortikosteroid hidung atau kombinasi keduanya.
Tindakan pengangkatan polip dapat digunakan menggunakan senar polip dan anestesi lokal. Untuk polip yang besar dan menyebabkan kelainan pada hidung, memerlukan jenis operasi yang lebih besar dan anestesi umum

Campak


Campak

Definisi
Campak, measles atau rubeola adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh virus campak. Penyakit ini sangat infeksius, menular sejak awal masa prodromal sampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya ruam. Infeksi disebarkan lewat udara (airborne).
Patofisiologi
Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet lewat udara, menempel dan berkembang biak pada epitel nasofaring. Tiga hari setelah invasi, replikasi dan kolonisasi berlanjut pada kelenjar limfe regional dan terjadi viremia yang pertama. Virus menyebar pada semua sistem retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua setelah 5-7 hari dari infeksi awal. Adanya giant cells dan proses keradangan merupakan dasar patologik ruam dan infiltrat peribronchial paru. Juga terdapat udema, bendungan dan perdarahan yang tersebar pada otak. Kolonisasi dan penyebaran pada epitel dan kulit menyebabkan batuk, pilek, mata merah (3 C : coryza, cough and conjuctivitis) dan demam yang makin lama makin tinggi. Gejala panas, batuk, pilek makin lama makin berat dan pada hari ke 10 sejak awal infeksi (pada hari penderita kontak dengan sumber infeksi) mulai timbul ruam makulopapuler warna kemerahan.Virus dapat berbiak juga pada susunan saraf pusat dan menimbulkan gejala klinik encefalitis. Setelah masa konvelesen pada turun dan hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan ruam menjadi makin gelap, berubah menjadi desquamasi dan hiperpigmentasi. Proses ini disebabkan karena pada awalnya terdapat perdarahan perivaskuler dan infiltrasi limfosit.
Gejala klinis
  • Panas meningkat dan mencapai puncaknya pada hari ke 4-5, pada saat ruam keluar
  • Coryza yang terjadi sukar dibedakan dengan common cold yang berat. Membaik dengan cepat pada saat panas menurun.
  • Conjunctivitis ditandai dengan mata merah pada conjunctiva disertai dengan keradangan disertai dengan keluhan fotofobia.
  • Cough merupakan akibat keradangan pada epitel saluran nafas, mencapai puncak pada saat erupsi dan menghilang setelah beberapa minggu.
  • Munculnya Koplik’s spot umumnya pada sekitar 2 hari sebelum munculnya ruam (hari ke 3-4) dan cepat menghilang setelah beberapa jam atau hari. Koplik’s spot adalah sekumpulan noktah putih pada daerah epitel bucal yang merah (a grain of salt in the sea of red), yang merupakan tanda klinik yang patognomonik untuk campak.
  • Ruam makulopapular semula bewarna kemerahan. Ruam ini muncul pertama pada daerah batas rambut dan dahi, serta belakang telinga, menyebar ke arah perifer sampai pada kaki. Ruam umumnya saling rengkuh sehingga pada muka dan dada menjadi confluent. Ruam ini membedakan dengan rubella yang ruamnya discrete dan tidak mengalami desquamasi. Telapak tangan dan kaki tidak mengalami desquamasi.

Diagnosis
Diagnosis ditetapkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dan Pemeriksaan serologik atau virologik yang positif yaitu bila terdapat demam tinggi terus menerus 38,50 C atau lebih disertai batuk, pilek, nyeri menelan, mata merah dan silau bila kena cahaya (fotofobia), seringkali diikuti diare. Pada hari ke 4-5 demam, timbul ruam kulit, didahului oleh suhu yang meningkat lebih tinggi dari semula. Pada saat ini anak dapat mengalami kejang demam. Saat ruam timbul, batuk dan diare bertambah parah sehingga anak mengalami sesak nafas atau dehidrasi.
Gejala klinis terjadi setelah masa tunas 10-12 hari, terdiri dari tiga stadium :
  • Stadium prodromal, berlangsung 2-4 hari, ditandai dengan demam yang diikuti dengan batuk, pilek, farings merah, nyeri menelan, stomatitis, dan konjungtivitis. Tanda patognomonik timbulnya enantema mukosa pipi di depan molar tiga disebut bercak Koplik.
  • Stadium erupsi, ditandai dengan timbulnya ruam makulo-papular yang bertahan selama 5-6 hari. Timbulnya ruam dimulai dari batas rambut di belakang telinga, kemudian menyebar ke wajah, leher, dan akhirnya ke ekstrimitas.
  • Stadium penyembuhan (konvalesens), setelah 3 hari ruam berangsur-angsur menghilang sesuai urutan timbulnya. Ruam kulit menjadi kehitaman dan mengelupas yang akan menghilang setelah 1-2 minggu.
  • Sangat penting untuk menentukan status gizi penderita, untuk mewaspadai timbulnya komplikasi. Gizi buruk merupakan risiko komplikasi berat.
Pemeriksaan penunjang
  • Darah tepi : jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri
  • Pemeriksaan antibodi IgM anti campak
    • Pemeriksaan untuk komplikasi :
    • Ensefalopati/ensefalitis : dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinalis, kadar elektrolit darah dan analisis gas darah
    • Enteritis : feses lengkap
    • Bronkopneumonia : dilakukan pemeriksaan foto dada dan analisis gas darah.
Komplikasi
  • Campak menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan anak yang lebih kecil
  • Diare dapat diikuti dehidrasi
  • Otitis media
  • Laringotrakeobronkitis (croup)
  • Bronkopneumonia
  • Ensefalitis akut,
  • Reaktifasi tuberkulosis
  • Malnutrisi pasca serangan campak
  • Subacute sclerosing panencephalitis (SSPE), suatu proses degeneratif susunan syaraf pusat dengan gejala karakteristik terjadi deteriorisasi tingkah laku dan intelektual, diikuti kejang. Disebabkan oleh infeksi virus yang menetap, timbul beberapa tahun setelah infeksi merupakan salah satu komplikasi campak onset lambat.

Penatalaksanaan
  • Pengobatan bersifat suportif, terdiri dari :
    • Pemberian cairan yang cukup
    • Kalori yang sesuai dan jenis makanan yang disesuaikan dengan tingkat kesadaran dan adanya komplikasi
    • Suplemen nutrisi
    • Antibiotik diberikan apabila terjadi infeksi sekunder
    • Anti konvulsi apabila terjadi kejang
    • Pemberian vitamin A.
  • Indikasi rawat inap : hiperpireksia (suhu > 39,00 C), dehidrasi, kejang, asupan oral sulit, atau adanya komplikasi.
  • Campak tanpa komplikasi :
    • Hindari penularan
    • Tirah baring di tempat tidur
    • Vitamin A 100.000 IU, apabila disetai malnutrisi dilanjutkan 1500 IU tiap hari
    • Diet makanan cukup cairan, kalori yang memadai. Jenis makanan disesuaikan dengan tingkat kesadaran pasien dan ada tidaknya komplikasi
  • Campak dengan komplikasi :
    • Ensefalopati/ensefalitis
      • Antibiotika bila diperlukan, antivirus dan lainya sesuai dengan PDT ensefalitis
      • Kortikosteroid, bila diperlukan sesuai dengan PDT ensefalitis
      • Kebutuhan jumlah cairan disesuaikan dengan kebutuhan serta koreksi terhadap gangguan elektrolit
    • Bronkopneumonia :
      • Antibiotika sesuai dengan PDT pneumonia
      • Oksigen nasal atau dengan masker
      • Koreksi gangguan keseimbangan asam-basa, gas darah dn elektrolit
    • Enteritis : koreksi dehidrasi sesuai derajat dehidrasi (lihat Bab enteritis dehidrasi).
    • Pada kasus campak dengan komplikasi bronkhopneumonia dan gizi kurang perlu dipantau terhadap adanya infeksi TB laten. Pantau gejala klinis serta lakukan uji Tuberkulin setelah 1-3 bulan penyembuhan.
    • Pantau keadaan gizi untuk gizi kurang/buruk.

Pencegahan
Imunisasi campak termasuk dalam program imunisasi nasional sejak tahun 1982, angka cakupan imunisasi menurun < 80% dalam 3 tahun terakhir sehingga masih dijumpai daerah kantong risiko tinggi transmisi virus campak

Cacar Air pada Anak


Cacar Air pada Anak

Cacar Air (Varicella, Chickenpox) adalah suatu infeksi virus menular yang sering timbul dan menyebabkan ruam kulit berupa sekumpulan bintik-bintik kecil yang datar maupun menonjol, lepuhan berisi cairan serta keropeng, yang menimbulkan rasa gatal.

  Penyebab
Penyebabnya adalah virus varicella-zoster.
Virus ini ditularkan melalui percikan ludah penderita atau melalui benda-benda yang terkontaminasi oleh cairan dari lepuhan kulit.
Penderita bisa menularkan penyakitnya mulai dari timbulnya gejala sampai lepuhan yang terakhir telah mengering. Karena itu, untuk mencegah penularan, sebaiknya penderita diisolasi (diasingkan).

Jika seseorang pernah menderita cacar air, maka dia akan memiliki kekebalan dan tidak akan menderita cacar air lagi. Tetapi virusnya bisa tetap tertidur di dalam tubuh manusia, lalu kadang menjadi aktif kembali dan menyebabkan herpes zoster.

Gejala dan tanda
Gejalanya mulai timbul (masa inkubasi) dalam waktu 10-21 hari setelah terinfeksi. Biasanya pasien sudah terinfeksi virus selama lebih dari 48 jam sebelum gejalanya muncul.

Pada anak-anak yang berusia diatas 10 tahun, gejala awalnya berupa sakit kepala, demam sedang dan rasa tidak enak badan, nafsu makan menurun. Gejala tersebut biasanya tidak ditemukan pada anak-anak yang lebih muda, gejala pada dewasa biasanya lebih berat.

24-36 jam setelah timbulnya gejala awal, muncul bintik-bintik merah datar (makula). Kemudian bintik tersebut menonjol (papula), membentuk lepuhan berisi cairan (vesikel) yang terasa gatal, yang akhirnya akan mengering. Proses ini memakan waktu selama 6-8 jam. Selanjutnya akan terbentuk bintik-bintik dan lepuhan yang baru.
Pada hari kelima, biasanya sudah tidak terbentuk lagi lepuhan yang baru, seluruh lepuhan akan mengering pada hari keenam dan menghilang dalam waktu kurang dari 20 hari.

Papula di wajah, lengan dan tungkai relatif lebih sedikit; biasanya banyak ditemukan pada batang tubuh bagian atas (dada, punggung, bahu). Bintik-bintik sering ditemukan di kulit kepala.
Papula di mulut cepat pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus), yang seringkali menyebabkan gangguan menelan. Ulkus juga bisa ditemukan di kelopak mata, saluran pernafasan bagian atas, rektum dan vagina.
Papula pada pita suara dan saluran pernafasan atas kadang menyebabkan gangguan pernafasan.

Bisa terjadi pembengkaan kelenjar getah bening di leher bagian samping.

Cacar air jarang menyebabkan pembentukan jaringan parut, kalaupun ada, hanya berupa lekukan kecil di sekitar mata.
Luka cacar air bisa terinfeksi akibat garukan dan biasanya disebabkan oleh stafilokokus.

Komplikasi
Anak-anak biasanya sembuh dari cacar air tanpa masalah. Tetapi pada orang dewasa maupun penderita gangguan sistem kekebalan, infeksi ini bisa berat atau bahkan berakibat fatal.

Adapun komplikasi yang bisa ditemukan pada cacar air adalah:
-       - Pneumonia karena virus
- Peradangan jantung
- Peradangan sendi
- Peradangan hati
- Ensefalitis (infeksi otak)
- Sindrom Reye
- Purpura
- Infeksi bakteri (erisipelas, pioderma, impetigo bulosa).

Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan ruam kulit yang khas (makula, papula, vesikel dan keropeng).

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan leukosit biasanya mennjukkan hasil yang normal, rendah, atau meningkat sedikit. Multinucleated giant cells pada pemeriksaan Tzanck smear  dari lepuhan kulit. Hasil positif pada pemeriksaan kultur jaringan.

Pengobatan
Pengobatan yang diberikan biasanya berupa pengobatan suportif/ simptomatik dan menjaga higienis yang baik agar terhindar dari infeksi sekunder.
Pada anak usia sekolah sebaiknya diistirahatkan dulu dirumah, guna mencegah penularan terhadap teman-teman di sekolahnya. Dan boleh masuk kembali apabila keropengnya sudah mengering dan demamnya sudah turun.
Dapat digunakan obat-obatan antipiretik untuk mengurangi demam, namun sebaiknya menghindari penggunaan aspirin, karena dapat menyebabkan sindrom Reye.
Untuk mengurangi rasa gatal dan mencegah penggarukan, sebaiknya kulit dikompres dingin. Bisa juga dioleskan losyen kalamin, antihistamin atau losyen lainnya yang mengandung mentol atau fenol
Untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi bakteri, sebaiknya:
- kulit dicuci sesering mungkin dengan air dan sabun
- menjaga kebersihan tangan
- kuku dipotong pendek
- pakaian tetap kering dan bersih.

Kadang diberikan obat untuk mengurangi gatal (antihistamin).
Jika terjadi infeksi bakteri, diberikan antibiotik.
Jika kasusnya berat, bisa diberikan obat anti-virus asiklovir.

Obat anti-virus boleh diberikan kepada anak yang berusia lebih dari 2 tahun. Asiklovir biasanya diberikan kepada remaja, karena pada remaja penyakit ini lebih berat. Asikloir bisa mengurangi beratnya penyakit jika diberikan dalam wakatu 24 jam setelah munculnya ruam yang pertama.
Obat alernatif lainnya yaitu: Famsiklovir, valasiklovir, vidarabin dan interferon

Pencegahan
Untuk mencegah cacar air diberikan suatu vaksin.
Kepada orang yang belum pernah mendapatkan vaksinasi cacar air dan memiliki resiko tinggi mengalami komplikasi (misalnya penderita gangguan sistem kekebalan), bisa diberikan immunoglobulin zoster atau immunoglobulin varicella-zoster.

Vaksin varisela biasanya diberikan kepada anak yang berusia 12-18 bulan.


ABORSI


Aborsi

Definisi
Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah “abortus” adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia 20 minggu kehamilan atau berat bayi kurang dari 500 g (ketika janin belum dapat hidup di luar kandungan).1  Angka kejadian aborsi meningkat dengan bertambahnya usia dan terdapatnya riwayat aborsi sebelumnya. Proses abortus dapat berlangsung secara :
  1. Spontan / alamiah (terjadi secara alami, tanpa tindakan apapun)
  2. Buatan / sengaja (aborsi yang dilakukan secara sengaja),
  3. Terapeutik / medis (aborsi yang dilakukan atas indikasi medik karena terdapatnya suatu permasalahan atau komplikasi).
Frekuensi terjadinya aborsi di Indonesia sangat sulit dihitung secara akurat karena banyaknya kasus aborsi buatan / sengaja yang tidak dilaporkan. Berdasarkan perkiraan dari BKBN, ada sekitar 2 juta kasus aborsi yang terjadi setiap tahunnya. Pada penelitian di Amerika Serikat terdapat 1,2 – 1,6 juta aborsi yang disengaja dalam 10 tahun terakhir dan merupakan pilihan wanita Amerika untuk kehamilan yang tidak diinginkan. Secara keseluruhan, di seluruh dunia, aborsi adalah penyebab kematian yang paling utama dibandingkan kanker maupun penyakit jantung.
Alasan
Aborsi yang dilakukan seorang wanita hamil memiliki berbagai macam alasan, baik alasan medis maupun alasan non medis. Menurut studi dari Aida Torres dan Jacqueline Sarroch Forrest (1998), menyatakan bahwa hanya 1 % kasus aborsi karena perkosaan atau incest (hubungan intim satu darah), 3 % karena membahayakan nyawa calon ibu, dan 3 % karena janin akan tumbuh dengan cacat tubuh yang serius. Sedangkan 93 % kasus aborsi lainnya adalah karena alasan-alasan non medis diantaranya adalah tidak ingin memiliki anak dengan alasan takut mengganggu karir atau sekolah, tidak memiliki cukup uang untuk merawat anak, dan tidak ingin memiliki anak tanpa ayah.
Penyebab
Penyebab abortus spontan bervariasi meliputi infeksi, faktor hormonal, kelainan bentuk rahim, faktor imunologi (kekebalan tubuh),  dan penyakit dari ibu. Penyebab abortus pada umumnya terbagi atas faktor janin dan faktor ibu.
Faktor Janin
Pada umumnya abortus spontan yang terjadi karena faktor janin disebabkan karena terdapatnya kelainan pada perkembangan janin [seperti kelainan kromosom (genetik)], gangguan pada ari-ari, maupun kecelakaan pada janin. Frekuensi terjadinya kelainan kromosom (genetik) pada triwulan pertama berkisar sebesar 60%.
Faktor ibu
Beberapa hal yang berkaitan dengan faktor ibu yang dapat menyebabkan abortus spontan adalah faktor genetik orangtua yang berperan sebagai carrier (pembawa) di dalam kelainan genetik; infeksi pada kehamilan seperti herpes simpleks virus, cytomegalovirus, sifilis, gonorrhea; kelainan hormonal seperti hipertiroid, kencing manis yang tidak terkontrol; kelainan jantung; kelainan bawaan dari rahim, seperti  rahim bikornu (rahim yang bertanduk), rahim yang bersepta (memiliki selaput pembatas di dalamnya)  maupun parut rahim akibat riwayat kuret atau operasi rahim sebelumnya.  Mioma pada rahim juga berkaitan dengan angka kejadian aborsi spontan.
Faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya abortus adalah :
  1. Usia ibu yang lanjut
  2. Riwayat kehamilan sebelumnya yang kurang baik
  3. Riwayat infertilitas (tidak memiliki anak)
  4. Adanya kelainan atau penyakit yang menyertai kehamilan
  5. Infeksi (cacar, toxoplasma, dll)
  6. Paparan dengan berbagai macam zat kimia (rokok, obat-obatab, alkohol, radiasi)
  7. Trauma pada perut atau panggul pada 3 bulan pertama kehamilan
  8. Kelainan kromosom (genetik)
Tanda dan Gejala
  1. Nyeri perut bagian bawah
  2. Keram pada rahim
  3. Nyeri pada punggung
  4. Perdarahan dari kemaluan
  5. Pembukaan leher rahim
  6. Pengeluaran janin dari dalam rahim
Proses abortus sendiri terbagi atas :
Abortus imminens
Abortus imminens adalah terjadinya perdarahan dari rahim sebelum kehamilan mencapai usia 20 minggu, dimana janin masih berada di dalam rahim dan tanpa disertai pembukaan dari leher rahim. Apabila janin masih hidup maka kehamilan dapat dipertahankan, akan tetapi apabila janin mengalami kematian, maka dapat terjadi abortus spontan. Penentuan kehidupan janin dapat dilakukan dengan pemeriksaan USG (Ultrasonografi) untuk melihat gerakan dan denyut jantung janin. Denyut jantung janin dapat juga didengarkan melalui alat Doppler atau Laennec apabila janin sudah mencapai usia 12 – 16 minggu. Tatalaksana yang dilakukan meliputi istirahat baring.
Abortus insipiens
Abortus  insipiens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari rahim pada  kehamilan sebelum 20 minggu, dengan adanya pembukaan leher rahim, namun  janin masih berada di dalam rahim. Pada tahapan ini terjadi perdarahan  dari rahim dengan kontraksi yang semakin lama semakin kuat dan semakin  sering, diikuti dengan pembukaan leher rahim.
Tatalaksana yang dilakukan adalah pengeluaran sisa hasil konsepsi  (pertemuan sel telur dan sel sperma) dengan infus oksitosin, dan / atau  dengan kuretase.
     Gambar 1. Kuretase
Abortus inkompletus
Pada abortus inkompletus, produk konsepsi (janin) sebagian sudah keluar akan tetapi masih ada sisa yang tertinggal di dalam rahim. Gejala yang terjadi adalah keram pada rahim disertai perdarahan rahim dalam jumlah banyak, terjadi pembukaan, dan sebagian jaringan keluar. Penanganan yang dilaksanakan adalah mengawasi kondisi ibu agar tetap stabil dan pengeluaran seluruh jaringan hasil konsepsi yang masih tertinggal di dalam rahim.
Abortus kompletus
Abortus kompletus ditandai dengan pengeluaran lengkap seluruh hasil konsepsi yang diikuti dengan sedikit perdarahan, dan nyeri. Tatalaksana yang dilakukan adalah peningkatan keadaan umum ibu.
Missed abortion
Pada kasus missed abortion, kematian janin terjadi tanpa adanya pengeluaran dari hasil konsepsi. Alasan  mengapa janin yang meninggal tidak keluar masih belum jelas. Biasanya didahului dengan tanda dan gejala abortus imminens yang kemudian menghilang spontan atau menghilang setelah pengobatan. Tes kehamilan menjadi negatif, tanda-tanda kehamilan tidak ada, dan denyut jantung janin tidak dapat terdeteksi.
Abortus terapeutik
Abortus yang dilakukan pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu atas pertimbangan kesehatan wanita, dimana apabila kehamilan itu dilanjutkan akan membahayakan dirinya. Misalnya pada wanita dengan kelainan jantung. Dapat juga dilakukan atas pertimbangan kelainan janin yang berat.
Abortus septik
Abortus spontan dapat diikuti dengan komplikasi infeksi. Infeksi dapat terjadi akibat tindakan abortus yang tidak sesuai dengan prosedur (misalnya oleh dukun). Infeksi yang terjadi pada umumnya endometritis, yang  bisa berkembang menjadi parametritis dan peritonitis.
Abortus berulang
Abortus berulang adalah abortus yang terjadi sebanyak 3 kali atau lebih pada 3 bulan pertama kehamilan. Abortus berulang primer terjadi pada wanita yang belum pernah memiliki anak yang hidup sebelumnya. Abortus berulang sekunder adalah abortus yang terjadi pada wanita yang sebelumnya sudah pernah memiliki anak lahir hidup.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan USG, pemeriksaan darah, dan pemeriksaan hormonal kadar B-hCG.
Tatalaksana pasca abortus
Pemeriksaan untuk mencari penyebab abortus spontan dengan menggunakan USG atau kadar B-hCG selama 1-2 bulan berikutnya. Sesudah mengalami abortus, ibu dianjurkan jangan hamil dulu selama 3 bulan kemudian (jika perlu gunakan kontrasepsi kondom atau pil).

Wednesday, July 25, 2012

Pneumonia


Pneumonia

Definisi
Pnemonia adalah peradangan yang mengenai parenkim (jaringan) paru, pada bagian terjauh dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi (saling menempel) jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.
Terjadinya pnemonia bergantung pada banyaknya kuman, tingkat kemudahan dan luasnya daerah paru yang terkena serta daya tahan tubuh. Adapun yang merupakan faktor predisposisi antara lain kebiasaan merokok, pasca infeksi virus, penyakit jantung kronik, diabetes mellitus, keadaan imunodefisiensi, kelainan atau kelemahan struktur organ dada serta penurunan kesadaran.
Penyebab
Pnemonia disebabkan oleh berbagai mikroorganisme, penyebab terseringnya adalah bakteri (S.pneumonia, H.influenza, S.aureus, P.aeruginosa, M.tuberculosis, M.kansasii, dsb), namun dapat juga disebabkan oleh jamur (P.carinii, C.neoformans, H.capsulatum, C.immitis, A.fumigatus,dsb), protozoa (toksoplasma) serta virus (CMV, herpes simpleks).
Kuman penyebab biasanya berbeda di antara satu daerah dengan daerah lainnya, juga berkaitan dengan interaksi faktor-faktor terjadinya infeksi, cara terjadinya infeksi serta perubahan keadaan pasien seperti gangguan sistem imun, adanya penyakit kronik, polusi lingkungan dan juga penggunaan antibiotik yang tidak tepat.
Gejala dan Tanda
Gejala klinis yang dapat ditemukan dapat ringan, fulminan (berat), bahkan fatal. Adanya demam, batuk nonproduktif (tidak berdahak) ataupun produktif (berdahak) dengan sputum purulen (kekuningan), nyeri dada pleuritik (dipengaruhi oleh pernapasan), menggigil, rigor, serta nafas yang pendek adalah gambaran yang sering ditemukan. Selain itu dapat juga ditemukan pasien dengan keluhan nyeri kepala,  mual, muntah, diare, mialgia (nyeri otot), arthralgia (nyeri sendi) serta fatigue (kecapaian).
Tanda-tanda yang sering timbul adalah takipneu (frekuensi bernafas >20x/menit), takikardi (denyut nadi >100x/menit).
Pemeriksaan Tambahan
Pada pemeriksaan laboratorium rutin, umumnya ditemukan leukositosis (peningkatan jumlah leukosit dalam darah) pada infeksi bakteri. Leukosit (sel darah putih) normal atau rendah dapat disebabkan oleh infeksi virus atau mikoplasma, atau dapat juga terjadi pada infeksi yang berat sehingga tidak terjadi respon leukosit, atau pada orang tua, lemah atau dengan kegagalan sistem imun.
Pemeriksaan lain yang dilakukan adalah pemeriksaan biakan bakteri atau agen penyebab lainnya. Bahannya bisa berasal dari dahak, darah, atau jaringan paru. Selain itu juga dilakukan kultur kuman yang bermanfaat untuk pra terapi dan evaluasi terapi selanjutnya.
Tata Laksana
Terapi yang diberikan pada pasien pnemonia adalah terapi kausal (penyebab) terhadap kuman penyebab sebagai terapi utama, serta terapi suportif umum.  Terapi kausal misalnya antibiotik secara empiris seperti ampislin-sulbaktam, amoksisilin/asam klavulanat, sefalosporin generasi II pada pnemonia komunitas, sefalosporin generasi III atau antipseudomonas pada pnemonia nosokomial, antijamur golongan azol pada pnemonia karena jamur, kotrimoksazol atau dapson pada pnemonia karena P.carinii, serta makrolid, doksisiklin atau fluorokuinolon pada pnemonia atipik.
Adapun terapi suportif yang diberikan disesuaikan dengan keadaan pasien, misalnya pemberian terapi O2 (oksigen),  terapi inhalasi  pada dahak yang kental, fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, pengaturan cairan, dan terapi lain yang dibutuhkan.

Malaria


Malaria

Definisi
Malaria adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh protozoa dari genus Plasmodium. Pada manusia, terdapat empat spesies  penyebab malaria, yaitu P. falciparum, P. vivax, P. ovale, P. Malaria.
Penyebaran alami parasit malaria disebabkan oleh nyamuk Anopheles betina yang hidup terutama di daerah pantai . Namun, parasit dapat pula disebarkan oleh melalui pembuluh darah seperti tranfusi darah, penggunaan jarum bersama oleh pecandu narkoba, maupun penularan dari ibu ke janin yang dikandungnya.
Plasmodium falciparum adalah penyebab sekitar 85% malaria di dunia dan merupakan penyebab malaria yang paling berat.
Gejala dan Tanda
Gejala kliniknya dikenal sebagai trias malaria yang terdiri dari demam, anemia dan pembesaran limpa. Gejala klinik mungkin didahului dengan sakit kepala, lemah, nyeri otot dan nyeri tulang.
Berat/ringannya gejala yang ditimbulkan malaria tergantung pada jenis plasmodium penyebab infeksi. Seperti uraian sebelumnya, terdapat 4 jenis plasmodium yang menyebabkan malaria pada manusia. Keempat jenis plasmodium ini memberikan waktu demam yang berbeda-beda tergantung jenis penyebab. Plasmodium vivax penyebab malaria tertiana menyebabkan demam hari ke-3. plasmodium malariae penyebab malaria kuartana menyebabkan demam hari ke-4, sementara plasmodium ovale memberikan infeksi paling ringan dan  sering sembuh spontan tanpa pengobatan. Plasmodium falciparum yang menyebabkan malaria tropika menyebabkan demam tiap jam ke-24 atau 48 dan cenderung tidak menentu. Malaria tropika merupakan yang paling ganas dan berbahaya. Hal ini disebabkan parasit ini mudah resisten terhadap berbagai pengobatan.
Secara umum gejala yang ditimbulkan adalah menggigil, demam, dan berkeringat.
Pengobatan
Pada dasarnya penyakit malaria ini dapat disembuhkan secara total dengan menggunakan obat-obatan. Sampai saat ini klorokuin masih menjadi obat lini pertama untuk pengobatan ke-dua jenis spesies yang ada di Indonesia dengan alasan biayanya yang murah, keamanan, dan ketersediaan obat di seluruh Indonesia. Obat yang sering dipakai ada 2 macam yaitu klorokuin dan primakuin. Klorokuin dan primakuin digunakan sebagai terapi supresi malaria akut. Kedua obat ini dapat digunakan untuk profilaksis sebelum anda berpergian ke daerah endemik malaria.
Terdapat dua bentuk obat klorokuin yaitu Tablet (oral) dan suntik (parenteral).
Untuk malaria vivax , pengobatan awal diberikan 600 mg ( 4 tablet) dosis tunggal atau 10 mg/kg BB, enam jam kemudian 300 mg (2 tablet) atau 5 mg/kg BB. Pada hari kedua dan ketiga diberikan lagi 300 mg/hari ( 2 tablet) atau 5 mg/kgBB.
Untuk profilaksis  diberikan 300 – 600 mg sekali seminggu, dimulai 1 minggu sebelum masuk daerah endemik dan diteruskan sampai 4 minggu meninggalkan daerah tersebut.

Hipertensi


Hipertensi

Definisi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah. Yang dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu hipertensi primer atau esensial yang penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi sekunder yang dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung, gangguan anak ginjal, dll.

Tekanan darah adalah menunjukkan keadaan di mana tekanan yang dikenakan oleh darah pada pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh. Tekanan darah dapat dilihat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya ditunjukkan dengan angka seperti berikut - 120 /80 mmHg. Angka 120 menunjukkan tekanan pada pembuluh arteri ketika jantung berkontraksi. Disebut dengan tekanan sistolik. Angka 80 menunjukkan tekanan ketika jantung sedang berelaksasi. Disebut dengan tekanan diastolik. Sikap yang paling baik untuk mengukur tekanan darah adalah dalam keadaan duduk atau berbaring.

Gejala dan Tanda

Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan darah yang terus menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi. Oleh karena itu, hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala, yang dapat dilakukan pada waktu check-up kesehatan atau saat periksa ke dokter. Biasanya dokter akan memeriksa dua kali atau lebih  sebelum menentukan ada terkena tekanan darah tinggi atau tidak. Apabila pada kesempatan tersebut tekanan darah anda diatas 130/90 mmHg maka akan didiagnosa sebagai hypertensi (tekanan darah tinggi).

Tekanan darah tinggi (hipertensi) menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal..Tanpa melihat usia atau jenis kelamin ,semua orang bisa terkena penyakit jantung dan biasanya tanpa ada gejala-gejala sebelumnya.

Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa.

Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari.

Target kerusakan organ akibat Hipertensi antara lain:
Otak : menyebabkan stroke
Mata : menyebabkan retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan
Jantung : menyebabkan penyakit jantung koroner (termasuk infark jantung), gagal jantung
Ginjal : menyebabkan penyakit ginjal kronik, gagal ginjal terminal

Klasifikasi tekanan darah pada dewasa
Kategori         
Tekanan darah sistolik           
Tekanan darah diastolik

Normal           
dibawah 120 mmhg   
dibawah 80 mmhg

Prehipertensi  
130-139 mmhg           
80-89 mmhg

Hipertensi
stadium 1       
140-159 mmhg           
90-99 mmhg

Hipertensi
stadium 2       
≥ 160 mmhg   
≥ 100 mmhg


Pemeriksaan Laboratorium

Tujuan pemeriksaan laboratorium pada pasien hipertensi :
Untuk mencari kemungkinan penyebab Hipertensi sekunder
Untuk menilai apakah ada penyulit dan kerusakan organ target
Untuk memperkirakan prognosis
Untuk menentukan adanya faktor-faktor lain yang mempertinggi risiko penyakit jantung koroner dan stroke

Pemeriksaan laboratorium untuk hipertensi ada 2 macam yaitu :
Panel Evaluasi Awal Hipertensi : Pemeriksaan ini dilakukan segera setelah didiagnosis Hipertensi, dan sebelum memulai pengobatan
Panel Hidup Sehat dengan Hipertensi : Untuk memantau keberhasilan terapi

Tata Laksana

Langkah awal terpenting adalah agar menurunkan tekanan darah anda dengan mengikuti gaya hidup sehat seperti aktif berolahraga, mengatur diet atau pola makan seperti rendah garam, rendah kolesterol dan lemak jenuh, meningkatkan konsumsi buah dan sayuran, tidak mengkonsumsi alkohol dan rokok. dan mengkonsumsi obat sesuai dengan petunjuk dokter. Selain itu dianjurkan juga untuk melakukan pemeriksaan laboratorium dengan panel evaluasi awal hipertensi atau panel hidup sehat dengan hipertensi.

Obat-obatan yang diberikan sesuai dengan klasifikasi yang ada diatas. Contoh obat-obatan yang dapat diberikan adalah.
Diuretik. Penghambat reseptor b
Penghambat EKA
Antagonis reseptor AII
Penghabat kalsium
Antagonis aldosteron

Secara umum obat-obatan diatas dapat diberikan ke semua stadium hipertensi dengan atau tanpa komplikasi. Dapat juga dikombinasikan antara obat satu dengan lainnya (misalnya; untuk hipertensi grade 2 diberikan diuretik dengan penghambat EKA atau penghambat reseptor AII atau penghambat kaslsium) kombinasi ini diberikan sesuai dengan tubuh penderita. Maka sangat penting untuk melakukan pemeriksaan rutin tekanan darah minimal 1 kali sebulan untuk memonitor khasiat obat

Artritis Reumatoid (Rematik)


Artritis Reumatoid (Rematik)

Definisi
Artritis Reumatoid (AR) salah satu dari beberapa penyakit rematik adalah suatu penyakit otoimun sistemik yang menyebabkan peradangan pada sendi. Penyakit ini ditandai oleh peradangan sinovium yang menetap, suatu sinovitis proliferatifa kronik non spesifik. Dengan berjalannya waktu, dapat terjadi erosi tulang, destruksi (kehancuran) rawan sendi dan kerusakan total sendi. Akhirnya, kondisi ini dapat pula mengenai berbagai organ tubuh.
Penyakit ini timbul akibat dari banyak faktor mulai dari genetik (keturunan) sampai pada gaya hidup kita (merokok). Salah satu teori nya adalah akibat dari sel darah putih yang berpindah dari aliran darah ke membran yang berada disekitar sendi.
Faktor risiko yang akan meningkatkan risiko terkena nya artritis reumatoid adalah;
  • Jenis Kelamin.
Perempuan lebih mudah terkena AR daripada laki-laki. Perbandingannya adalah 2-3:1.
  • Umur.
 Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60 tahun. Namun penyakit ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak (artritis reumatoid juvenil)
  • Riwayat Keluarga.
Apabila anggota keluarga anda ada yang menderita penyakit artritis rematoid maka anda kemungkinan besar akan terkena juga.
  • Merokok.
Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis reumatoid.
Gejala dan Tanda
Gejala dan tanda dari AR dapat dilihat sebagai berikut;
  • Nyeri sendi
  • Pembengkakan sendi
  • Nyeri sendi bila disentuh atau di tekan
  • Tangan kemerahan
  • Lemas
  • Kekakuan pada pagi hari yang bertahan sekitar 30 menit
  • Demam
  • Berat badan turun
Artritis reumatoid biasanya menyebabkan masalah dibeberapa sendi dalam waktu yang sama. Pada tahap awal biasanya mengenai sendi-sendi kecil seperti, pergelangan tangan, tangan, pergelangan kaki, dan kaki. Dalam perjalanan penyakitnya, selanjutnya akan mengenai sendi bahu, siku, lutut, panggul, rahang dan leher.
Pemeriksaan Tambahan
Pemeriksaan tambahan yang dapat dilakukan adalah pemeriksaaan darah rutin. Orang dengan RA pemeriksaan rasio sedimen eritrosit (ESR) cenderung meningkat, pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya proses peradangan dalam tubuh. Pemeriksaan darah lain yang biasa nya dilakukan adalah pemeriksaan antibodi seperti faktor rheumatoid dan anti-CCP.
Selain itu juga dapat dilakukan analisa cairan sendi. Dokter anda akan mengambil cairan sendi dengan menggunakan jarum steril, lalu cairan sendi akan dianalisa apakah terdapat peningkatan kadar leukosit atau tidak dan juga dapat menyingkirkan kemungkinan penyakit  rematik lainnya.
Pemeriksaan foto rontgen dilakukan untuk  melihat progesifitas penyakit RA. Dari hasil foto dapat dilihat adanya kerusakan jaringan lunak maupun tulang. Pemeriksaaan ini dapat memonitor progresifitas dan kerusakan  sendi jangka panjang.
Tata Laksana
Penyakit rheumatoid arthritis tidak dapat disembuhkan.  Tujuan dari pengobatan adalah mengurangi peradangan sendi untuk mengurangi nyeri dan mencegah atau memperlambat kerusakan sendi. Secara umum pengobatan yang dapat dilakukan adalah pemberian obat-obatan dan operasi.
Dibawah ini adalah contoh-contoh obat yang dapat diberikan;
  • NSAIDs. Obat anti-infalamasi nonsteroid (NSAID) dapat mengurangi gejala nyeri dan mengurangi proses peradangan. Yang termasuk dalam golongan ini adalah ibuprofen dan natrium naproxen. Golongan ini mempunyai risiko efek samping yang tinggi bila di konsumsi dalam jangka waktu yang lama.
  • Kortikosteroid. Golongan kortikosteroid seperti prednison dan metilprednisolon dapat mengurangi peradangan, nyeri dan memperlambat kerusakan sendi. Dalam jangka pendek kortikosteroid memberikan hasil yang sangat baik, namun bila di konsumsi dalam jangka panjang efektifitasnya berkurang dan memberikan efek samping yang serius.
  • Obat remitif (DMARD). Obat ini diberikan untuk pengobatan jangka panjang. Oleh karena itu diberikan pada stadium awal untuk memperlambat perjalanan penyakit dan melindungi sendi dan jaringan lunak disekitarnya dari kerusakan.  Yang termasuk dalam golongan ini adalah klorokuin, metotreksat salazopirin, dan garam emas.
Pembedahan menjadi pilihan apabila pemberian obat-obatan tidak berhasil mencegah dan memperlambat kerusakan sendi.  Pembedahan dapat mengembalikan fungsi dari sendi anda yang telah rusak.  Prosedur yang dapat dilakukan adalah artroplasti, perbaikan tendon, sinovektomi.

Asma


Asma

Definisi
Asma adalah penyakit kronis (berlangsung lama) yang ditandai oleh sesak napas disertai bunyi ngik-ngik (mengi) dan / atau batuk persisten dimana derajat keparahan setiap orang berbeda-beda. Pada saat serangan yang terjadi adalah menyempitnya jalan napas kita akibat dari pengerutan bronkus yang menyebabkan udara sulit keluar masuk paru.
Penyebab dari asma belum sepenuhnya dimengerti. Namun faktor risiko yang dapat mencetuskan timbulnya asma adalah, alergen (zat yang menyebakan alergi),infeksi, cuaca, kegiatan jasmani dan iritan. Asma tidak dapat disembuhkan, namun dapat di kontrol dengan tata laksana yang tepat.
Penyebab dari asma belum sepenuhnya dimengerti , beberapa zat atau bahan yang dapat mencetuskan timbulnya serangan adalah;
  • Benda-benda dalam ruangan (tungau debu rumah dalam kasur, karpet, dan perabotan kotor dan bulu binatang)
  • Benda-benda di luar ruangan (polusi, asap buangan pabrik)
  • Asap rokok
  • Refluks gastroesofagus (sering muntah)
  • Udara dingin, emosi yang berlebihan seperti marah atau ketakutan dan olahraga juga dapat mencetuskan serangan asma. Bahkan beberapa obat seperti aspirin dan obat anti inflamasi lainnya dan beta bloker juga dapat mencetuskan serangan.
 Faktor Pencetus Serangan Asma
A. Faktor penjamu, faktor pada pasien
  • Aspek genetik ( keluarga)
  • Kemungkinan alergi
  • Saluran napas yang memang mudah terangsang
  • Jenis kelamin
  • Ras/etnik

B. Faktor lingkungan
  1. Bahan-bahan di dalam ruangan :
    1. Tungau debu rumah
    2. Binatang, kecoa
  2. Bahan-bahan di luar ruangan
    1. Tepung sari bunga
    2. Jamur
  3. Makanan-makanan tertentu, Bahan pengawet, penyedap, pewarna makanan
  4. Obat-obatan tertentu
  5. Iritan (parfum, bau-bauan merangsang, household spray )
  6. Ekspresi emosi yang berlebihan
  7. Asap rokok dari perokok aktif dan pasif
  8. Polusi udara dari luar dan dalam ruangan
  9. Infeksi saluran napas
  10. Exercise induced asthma, mereka yang kambuh asmanya ketika melakukan aktivitas fisik tertentu.
  11. Perubahan cuaca
Gejala dan Tanda
Secara umum gejala asma adalah sesak napas, batuk berdahak dan suara napas yang berbunyi ngik-ngik (mengi) dimana seringnya gejala ini timbul pada pagi hari menjelang waktu subuh, hal ini karena pengaruh keseimbangan hormon kortisol yang kadarnya rendah ketika pagi dan berbagai faktor lainnya.
Penderita asma akan mengeluhkan sesak nafas karena udara pada waktu bernafas tidak dapat mengalir dengan lancar pada saluran nafas yang sempit dan hal ini juga yang menyebabkan timbulnya bunyi ngik-ngik pada saat bernafas, dan batuk, khususnya pada malam atau dini hari. Pada penderita asma, penyempitan saluran pernafasan yang terjadi dapat berupa pengerutan dan tertutupnya saluran oleh dahak yang dirpoduksi secara berlebihan dan menimbulkan batuk sebagai respon untuk mengeluarkan dahak tersebut.
Salah satu ciri asma adalah hilangnya keluhan di luar serangan. Artinya, pada saat serangan, penderita asma bisa kelihatan amat menderita (banyak batuk, sesak napas hebat dan bahkan sampai seperti tercekik), tetapi di luar serangan dia sehat-sehat saja.
Tata Laksana
Perlu diberikan edukasi, antara lain mengenai pathogenesis asma, peranan terapi asma, jenis-jenis terapi yang tersedia, serta faktor pencetus yang perlu dihindari. Pastikan pasien menggunakan alat untuk terapi inhalasi yang sesuai. Secara umum, terdapat dua jenis obat dalam penatalaksanaan asma, yaitu obat pengendali (controller) dan pereda (reliever). Obat pengendali merupakan profilaksis serangan yang diberikan tiap hari, ada atau tidak ada serangan/ gejala, sedangkan obat pereda adalah yang diberikan saat serangan.
Pengobatan asma secara cepat/jangka pendek yaitu dengan menggunakan obat pelega saluran pernafasan seperti inhaler dan nebulizer yang berfungsi menghentikan serangan asma. Pengobatan jangka panjang yang berfungsi untuk mencegah terjadinya serangan asma adalah dengan menggunakan obat-obatan seperti steroid berfungsi untuk tetap membuat saluran pernafasan terbuka dan mengurangi pembengkakan.